Jumat, 03 Januari 2020


MANAJEMEN PEMASARAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4
PERBANDINGAN PEMASARAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 3.0 DAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

(STUDI KASUS PT. UNILEVER)








Disusun Oleh : Elia Dwi Astuti
(12216298)
3EA31


UNIVERSITAS GUNADARMA
2019/2020

Bauran pemasaran atau marketing Mix PT. Unilever pada Era 3.0

1.Produk (Product)
Dari   sisi   produk,      perusahaan   Unilever Indonesia    Tbk    melakukan    diversifikasi produk yaitu : kegiatan bisnis yang sudah ada melalui segmen produk.  Diversifikasi produk  adalah  proses pembedaan  suatu  produk  atau jasa    untuk    membuatnya    lebih    menarik terhadap suatu pasar sasaran tertentu. Hal ini dilakukan   untuk   bisa   membidik   berbagai segmen pasar. Terdapat berbagai produk yang di   produksi   oleh   Unilever   Indonesia  Tbk seperti:   Pepsodent,   Lux,   Lifebuoy,   Dove, Sunsilk,   Clear,   Rexona,   Vaseline,   Rinso, Molto,  Sunlight,  Walls,  Blue  Band,  Royco, Bango, dan lain-lain

2.Harga  (Price)
Harga  yang  ditawarkan  oleh  PT  Unilever Indonesia   Tbk   sangat   bervariatif,   hal   ini dikarenakan   terdapat   diversifiasi   produk. Setiap    produk    memiliki    ukuran    produk berbeda  yang  berpengaruh  pada  penetapan harga  yang  berbeda  pula.    Semua  kalangan/ segmen  konsumen      dapat   menbeli   atau mengkonsumsi    barang    yang    diproduksi. Selain  itu tersedia  berbagai  tingkatan  harga sesuai    dengan besar    kecilnya    barang, menjadikan konsumen dapat membeli produk sesuai  dengan  kemampuan  keuangan  yang dimiliki.    Misalnya  pada  produk  pasta  gigi yang  dipoduksi  oleh  perusahaan  Unilever: Konsumen  dilayani  dengan  berbagai  produk yang memiliki pilihan yang berbeda.

3.Tempat (Place)
Tempat  yang  digunakan  untuk  memasarkan produk dari Unilever tidak terbatas pada satu sector saja. Adapun tempat yang di gunakan untuk    memasarkan    produk    terdiri    dari berbagai  sektor  seperti:  mall,  mini  market bahkan  sampai  warung-warung  yang  ada  di pedesaan.  Hal  ini  bisa  menjangkau  semua segmen/kalangan   untuk   membeli   produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

4.Promosi(Promotion)
Promosi  yang  di  lakukan  oleh  perusahaan Unilever meliputi:
1.      Iklan (Advertising)
Advertising adalah       pesan       yang dibayarkan  melalui  sebuah  media  untuk
dikomunikasikan   melalui   penyampaian secara  umum (non-personal).  Beberapa pesan dalam pengiklanan  didesain  untuk berkomunikasi   dengan   orang-orang   di suatu  Negara  atau    pasar.  Iklan  yang dilakukan  oleh  PT  Unilever  Indonesia Tbk guna memasarkan produk-produknya melalui  media  elektronik  maupn  cetak seperti  melakukan  periklanan  di  televisi, radio,    internet, outdoor     print     ad, billboard serta majalah. Hal ini dilakukan PT    unilever    guna  menginformasikan produk-produk  serta  promosi  yang  ada guna  menarik  minat  para  konsumen  dan mengingatkan     terus     menerus     akan keberadaan produk  Unilever.

2.      Promosi Melalui Personal Selling
Menurut   Wiliam   G   Nichels,   personal selling  adalah  interaksi  antara  individu saling  bertemu  muka  yang  dituju  untuk menciptakan,   memperbaiki,   menguasai atau        mempertahankan        hubungan pertukaran  yang  saling  menguntungkan dengan     pihak     lain.     PT     Unilever melakukan promosi personal selling pada produk-produk  kosmetik  seperti  Rumah Cantik   Citra.   Hal   ini   bertujuan   untuk memberikan   wadah   bagi   para   calon konsumen untuk berkonsultasi mengenai produk yang di tawarkan unilever. Selain itu    interaksi   langsung    kepada    calon konsumen      untuk      mempresentasikan produk  unilever,  serta  menerima  saran dari para konsumen.

Strategi-trategi yang dilakukan PT. Unilever ketika menerapkan industry 3.0 :

a)     Strategi Penjualan atau Promosi
Strategi Promosi yang dapat dilakukan oleh PT. Unilever yaitu:
·     Periklanan → semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.
·    Promosi Penjualan → Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
·     Hubungan Masyarakat dan Publisitas → berbagai program untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
·     Penjualan Secara Pribadi → interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan
·     Pemasaran Langsung → penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.

b)     Strategi Operasi
Di sisi operasi, Unilever Indonesia memperhatikan efisiensi dan efektivitas penggunaan air di pabrik Rungkut, Jawa Timur dalam strategi winning with continous improvement. Isu kelangkaan air dan sanitasi tidak luput dari perhatian Unilever Indonesia. “Dengan menurunkan jumlah limbah produksi, kami menciptakan efisiensi dan menurunkan biaya, yang pada akhirnya akan meningkatkan marjin dan menurunkan resiko.
c)         Strategi Teknologi Informasi
Banyak strategi yg digunakan perusahaan khususnya dibidang teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. PT. Unilever menjalankan Komunikasi pasar terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC).Strategi ini merupaka upaya perusahaan untuk memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran komunikasi untuk menyampaikan pesannya secara jelas, konsisten dan berpengaruh kuat tentang organisasi-organisasi produknya.
IMC (menurut buku Advertising Management; chapter 3) adalah sebuah konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi—misalnya periklanan umum, respon langsung, sales promotion, dan PR—dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.
Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand value.” Sedangkan secara spesifik, IMC dapat diartikan sebagai “proses yang mempunyai fungsi bersilang dalam menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan customer dan stakeholder lainnya dengan mengontrol dan mempengaruhi secara strategis semua pesan yang terkirim kepada kelompok ini serta menggerakkan dialog dengan maksud tertentu kepada mereka.”
Integrated Marketing Communication (IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina hubungan dengan customer. Apa yang membedakan IMC dengan proses customer-centric lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi, yang merupakan jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang sirkuler.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi.Dengan komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan dan menyokong brand relationship.Untuk membangun hubungan jangka panjang, IMC juga digunakan untuk membangun dan memperkuat brand. Brand relationship yang positif juga akan menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan tersebut.


Transformasi Digital Unilever Era 4.0

Transformasi digital Unilever merupakan perubahan besar dalam berpikir. Unilever sudah melakuan secara tertutup selama beberapa tahun terakhir, tapi itu mulai berubah. Pihak IT mulai di sejajarkan dengan bisnis dan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Perusahaan juga harus menjauh dari ide bahwa TI didorong melalui proyek-proyek. Transformasi digital di Unilever berhail dengan merangkul gagasan bahwa transformasi digital merupakan proses yang berkesinambungan yang membuat dan memberikan manfaat tanpa akhir.

a)     PT Unilever memperluas kanal distribusi dengan e-commerce

Direktur Customer Development Unilever Indonesia, Enny Hartati Sampurno menyatakan pihaknya telah memperluas kanal distribusi dengan menggandeng 15 e-commerce di Indonesia termasuk Tokopedia, Bukalapak, Blibi, Shopee dan sebagainya. Bahkan perusahaan sudah menganggarkan sebagian dari total investasi mereka tahun ini, sebesar Rp1,3 triliun di bidang teknologi yang memungkinkan toko bisa memesan langsung. Ujungnya efisiensi operasional, misalnya menurunkan cost
Perusahaan juga menyadari strategi berbasis data diperlukan untuk menjangkau konsumen. Melalui pusat digital internal, perusahaan mengasah kemampuan dalam pembuatan konten dan analisis data guna melakukan pemasaran secara presisi atau precision marketing. Cara masyarakat mengonsumsi media massa telah berubah drastis beberapa tahun terakhir, terutama di kategori makanan, dimana setengah dari konsumen di perkotaan saat ini mendapatkan lebih banyak informasi di platform digital, selain TV. 
Selain menawarkan berbagai cara untuk melakukan pemesanan secara online, divisi Unilever Food Solution juga menciptakan platform yang dipersonalisasi berdasarkan data untuk memastikan pelanggan dapat mengakses produk yang mereka butuhkan 24 jam sehari. 
b)     Inovasi Lebih Lanjut dari Unilever
Sebagaimana Unilever sedang mencoba untuk menerapkan platform yang lebih digital dan terpusat untuk transformasi digital dan inovasi, Unilever telah mengubah cara pendekatan di daerah lain juga, seperti praktek hukum dan perekrutan.

Perusahaan Unilever bertujuan untuk mengelola kegagalan dalam mengadopsi tes dan pembelajaan prilaku, sehingga lebih lincah secara keseluruhan.Unilever juga mencari startups untuk bekerjasama dengan mereka, daripada mencoba untuk melaksanakan semua layanan dan platform di perusahaan mereka sendiri.
Perusahaan sedang mencoba menggunakan sistem virtual reality untuk mewawancarai pelamar pekerjaan, mengurangi proses rekrutmen dari enam bulan sampai dua minggu. Semua ini inovasi kecil yang membantu Unilever untuk menutup “adopsi gap” – perbedaan antara kecepatan dan jenis teknologi yang digunakan untuk orang dan jenis teknologi bisnis yang mampu mengadopsi di skala besar.
Kesenjangan akan lebih luas jika perusahaan menghindari inovasi dan kelincahan. Dalam melakukan transformasi digital, perusahaan akan lebih sering melakukan invovasi melalui eksperimen. Pada dasarnya, ini hanya dapat dilakukan dengan mengadopsi pola kerja DevOps, jika tidak maka downtime akan sering terjadi saat pengujian rilis atau fitur baru. Untuk hal itu, perusahaan dapat mengantisipasi dan memperkecil resiko downtime dengan menggunakan layanan disaster recovery atau DRaaS (Disaster Recovery as a Services).

Referensi

https://www.wartaekonomi.co.id/read232377/unilever-pilih-nebeng-ke-e-commerce-ketimbang-investasi-iot.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar